MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN
“LAPISAN-LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT DAN
NORMA/ATURAN DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT”
Dosen Pembimbing : Surya Darma, SKM, MM
Disusun Oleh:
M. FIRDA RISKI 11409714021
M. NOVRIN AFHANI 11409714022
M. RESKY FADHILLAH 11409714023
M. RIJANUR PRATAMA 11409714024
MASDALIFA ATIJAH DALIMUNTHE 11409714025
MIA NURAIDA 11409714026
M. AHYAR AMINNASIH 11409714027
MUHAMMAD ALWI 11409714028
M. GILANG RAMADHAN 11409714029
MUTIA 11409714030
AKPER KESDAM VI / MULAWARMAN
BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2015 /2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah yang kami buat ini dapat terselesaikan. Dengan berbagai sumber
referensi yang didapat akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul ”Lapisan-lapisan sosial masyarakat
dan Norma/aturan dalam kehidupan masyarakat”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Antropologi Kesehatan.
Pada kesempatan
kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami : Surya Darma, SKM, MM
selaku dosen membimbing dalam proses
pembuatan makalah ini.
Taklupa pula kami mengucapkan terimakasih pada teman-teman yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat masih banyak kesalahan dan kekurangan karena
faktor batasan pengetahuan kami, maka kami dengan senang hati menerima kritik
dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.
Banjarmasin, 07 Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1
A. Latar Belakang...........................................................................................
1
B. Tujuan.........................................................................................................
1
BAB II ISI..................................................................................................................
2
A. Lapisan-lapisan sosial masyarakat.......................................................
2 - 10
B. Norma/aturan dalam kehidupan masyarakat
..................................... 10 - 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................
12
A. Simpulan.....................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Stratifikasi sosial atau pelapisan
sosial adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang
menempatkan seseorang pada kelas-kelas sosial sosial yang berbeda-beda secara
hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu
pada suatu lapisan sosial lainnya.
Dalam hal ini, stratifikasi sosial
terbentuk dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat. Pada dasarnya
stratifikasi sosial terbagi atas persamaan derajat yang dimiliki oleh suatu
kelompok hingga membentuk lapisan sosial di masyarakat.
Stratifikasi sosial sendiri memiliki
sifat positif di masyarakat, contohnya adalah stratifikasi sosial yang sengaja
dibentuk untuk tujuan bersama. Stratifikasi yang sengaja disusun untuk mencapai
tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan wewenang dan pembagian kekuasaan
resmi dalam organisasi formal atau politik.
Akhir-akhir ini sering timbul
pertikaian karena perbedaan-perbedaan kecil yang sedikit menyinggung masalah
sosial dan juga kesamaan derajat. Maka kami sebagai mahasiswa memiliki bentuk
kepedulian untuk memberikan kontribusi ini minimal dengan
menyusun makalah yang berkaitan dengan berbagai pengetahuan akan
Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat.
B.
TUJUAN
- Mengetahui
Lapisan-lapisan
Sosial Masyarakat
- Mengetahui Norma/aturan
dalam Kehidupan Masyarakat
BAB II
ISI
A. Lapisan-lapisan Sosial Masyarakat
Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara
bertingkat. Pitirim A.Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat
itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat di bedakan menjadi tiga unsur,
yaitu kelas atas, menengah, dan kelas bawah. Golongan yang berada dalam kelas
atas adalah golongan yang memiliki banyak uang, kekuasaan, dan mungkin juga
kehormatan.
1.
Terjadinya lapisan masyarakat
Lapisan dapat terjadi dengan
sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat
dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Selain itu faktor yang dapat
menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah
kepandaian, usia, system kekerabatan, dan harta dalam batas tertentu.
2.
Sifat sistem lapisan masyarakat
Menurut Soekanto, S., dilihat dari
sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi system pelapisan sosial tertutup,
system pelapisan terbuka dan system pelapisan sosial campuran.
a.
Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed
Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi
di mana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertical.
Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horizontal saja.
Contohnya, system kasta, kaum sudra tidak bisa naik dan pindah posisi ke
lapisan brahmana. Rasialis, kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah
tidak bisa pindah kedudukan ke posisi kulit putih. Feodal, kaum buruh tidak
bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
b.
Stratifikasi Sosial Terbuka (Open
Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis
karena mobilitasnya sangat besar, di mana setiap anggota strata dapat bebas
melakukan mobilitas sosial, baik vertical maupun horizontal. Contoh, seseorang
miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya seorang yang tidak
memiliki pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
c.
Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran
merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang
Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah maka ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat yang ada di Jakarta.
3.
Kelas-kelas dalam masyarakat
Kelas sosial
adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan
kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu di ketahui
serta di akui oleh masyarakat umum.
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
a.
Berdasarkan Status Ekonomi.
1)
Golongan pertama : merupakan
kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah
dan
bangsawan.
bangsawan.
2)
Golongan kedua : merupakan golongan
yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para
pedagang, dsbnya.
pedagang, dsbnya.
3)
Golongan ketiga : merupakan golongan
terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa
b.
Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah. Contoh , Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah. Contoh , Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra
c.
Berdasarkan Status Politik
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan.
Seseorang yang mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada dilapisan tinggi,
sedangkan yang tidak punya wewenang berada dilapisan bawah. Kelompok kelas
sosial atas antara lain:
1)
Pejabat
eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
2)
Pejabat
legislatif, dan
3)
Pejabat
yudikatif.
Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada hirarki
militer.
1)
Kelas Sosial Atas (perwira) Dari
pangkat Kapten hingga Jendral.
2)
Kelas sosial menengah (Bintara)
Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan mayor. .
3)
Kelas sosial bawah (Tamtama) Dari
pangkat Prajurit hingga Kopral kepala.
4.
Dasar Lapisan masyarakat
Kriteria-kriteria yang biasa dipakai
untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah:
a.
Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan
paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat
melalui ukuran rumah, mobil pribadi, cara berpakaian, dan sebagainya.
b.
Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas. Misalnya saja presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas. Misalnya saja presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.
c.
Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional karena mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur.
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional karena mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur.
d.
Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang. Misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar professional seperti professor.
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang. Misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar professional seperti professor.
5.
Unsur-unsur lapisan masyarakat
a.
Kedudukan (status), masyarakat pada
umumnya mengembangkan dua macam kedudukan , yaitu Ascribed Status, yaitu
kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan
rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut memperoleh karena kelahiran.
Achieved status adalah kedudukan yang di capai oleh seseorang dengan
usaha-usaha yang di sengaja. Kedudukan ini tidak diproleh atas dasar kelahiran.
Akan tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung pada kemampuan
masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap
orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu.
b.
Peranan ( role ) merupakan aspek
dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibanya
sesuai dengan kedudukanya, dia menjalankan suatu peranan. Peranan meliputi
norma-norma yang dihubungkan.
6.
Lapisan yang sengaja disusun
Sistem
pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam
sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan
yang diberikan kepada seseorang.
Didalam sistem organisasi yang
disusun dengan cara sengaja, mengandung dua sistem, yaitu:
a.
Sistem Fungsional, merupakan
pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja
sama dalam kedudukan yang sederajat.
b.
Sistem Skalar, merupakan
pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas (vertikal).
7.
Mobilitas sosial
a.
Pengertian dan jenis-jenis gerak
sosial
Mobilitas
sosial adalah status seseorang atau kelompok dari satu
kedudukan ke kedudukan lain.
Terdapat dua jenis gerak sosial yang
vertikal, yaitu yang naik ( social climbing ) dan yang turun
( social sinking ).
1)
Gerak sosial vertikal naik mempunyai
dua bentuk utama yaitu:
a)
Masuknya individu-individu yang
mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan
tersebut telah ada.
b)
Pembentukan suatu kelompok baru,
yang kemudian di tempatkan pada derajat yang lebih tinggi, dari kedudukan
individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
2)
Gerak sosial vertikal yang menurun
mempunyai dua bentuk utama yaitu:
a)
Turunnya kedudukan individu ke
kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
b)
Turunnya derajat sekelompok individu
yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
b.
Tujuan Penelitian Gerak Sosial
Dalam sistem lapisan terbuka,
kedudukan yang hendak di capai, tergantung pada usaha dan kemampuan si
individu. Memang benar bahwa anak seorang pengusaha misalnya mempunyai peluang
yang lebih baik dan lebih besar dari pada anak seorang tukang sapu jalan. Akan
tetapi, kedudukan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak tukang
sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula
dipunyainya. Bahkan sebaliknya, sifat terbuka dalam sistem lapisan dapat
mendorong dirinya untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih
terpandang dalam masyarakat.
Namun, kenyataanya tidak seideal itu. Dalam
masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi,
biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,dan lain sebagainya.
c.
Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial
Yang Vertikal
Prinsip-prinsip umum yang sangat
penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut:
1)
Hampir tak ada masyarakat yang sifat
sistem lapisan mutlak tertutup, dimana sama sekali tak ada gerak sosial yang
vertikal.
2)
Berapapun terbukanya sistem lapisan
dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial yang vertikal dilakukan dengan
yang sebebas-bebasnya. Paling tidak banyak akan ada hambatan-hambatan. Apabila
proses gerak sosial termasuk dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tak
mungkin ada stratifikasi sosial yang menjadi ciri tetap dan umum dari setiap
masyarakat.
3)
Gerak sosial vertikal yang umum
berlaku bagi semua masyarakat tak ada. Setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri
sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal.
4)
Laju gerak sosial vertikal yang di
sebabkan oleh faktor-faktor ekonomi,
politik , serta pekerjaan berbeda.
5)
Berdasarkan bahan-bahan sejarah,
khususnya dalam gerak sosial vertikal yang di bedakan faktor-faktor ekonomis,
politik dan pekerjaan, tak ada kecendrungan yang kontinu perihal bertambah atau
berkurangnya laju gerak sosial
d.
Saluran Gerak Sosial Vertikal
1)
Angkatan bersenjata
memainkan peranan penting dalam masyarakat dengan sistem militerisme, atau yang
berada dalam keadaan perang, baik melawan musuh dari luar maupun
perang saudara.
2)
Lembaga keagamaan merupakan salah
satu saluran penting dalam gerak sosial vertikal. Setiap ajaran agama
menganggap manusia mempunyai keadaan sederajat. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pemuka-pemuka agama bekerja keras untuk menaikan
kedudukan orang-orang dari lapisan rendah dalam masyarakat.
3)
Lembaga pendidikan seperti sekolah,
merupakan saluran kongkrit gerak sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah
dapat di anggap sebagai social elevator yang bergerak dari
kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi.
Kadang-kadang di jumpai dimana sekolah-sekolah tertentu hanya dapat di masuki
oleh golongan-golongan masyarakat yang tertentu, misalnya dari lapisan atas,
atau dari suatu ras tertentu. Sekolah-sekolah yang demikian bila dapat di
masuki oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran gerak sosial yang
vertikal.
4)
Organisasi politik seperti partai
politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk naik dalam
pertanggaan kedudukan. Apabila ia mempunyai kemampuan beragitasi,
berorganisasi, dan sebagainya.
5)
Organisasi ekonomi (seperti
perusahaan, koperasi, BUMN dll) dapat meningkatkan tingkat pendapatan
seseorang. Semakin besar prestasinya,maka semakin besar jabatannya. Karena
jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya
bertambah akibatnya kekayaannya bertambah dan karena kekayaannya bertambah
akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.
6)
Organisasi keahlian, seperti di
blogger, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya
kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna
biasa.
7)
Perkawinan, sebuah perkawinan dapat
meningkatkan status seseorang yang menikah dengan orang yang memiliki status
terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
8.
Perlunya Sistem Lapisan Masyarakat
Memecahkan persoalan yang di hadapi
masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam
struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan
kedudukan serta dengan peranannya. Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan
daya pendorong agar masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi,
wujudnya dalam setiap masyarakat juga berlainan karena tergantung pada bentuk
dan kebutuhan masing-masing masyarakat.
9.
Ciri-ciri Kelompok Sosial
Menurut
Soerjono Soekato, suatu himpunan manusia atau yang dikatan sebagai kelompok
sosial memiliki ciri kurang lebih sebagai berikut :
a. Setiap
anggota kelompok harus memiliki kesadaran bahwa ia adalah sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
b. Adanya
hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
c. Ada suatu
faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat,
misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi
politik yang sama, dan lain-lain.
d. Berstruktur,
berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
e. Bersistem
dan berproses.
f. Memiliki
struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok tergantung pada
kesungguhan anggotannya dalam melaksanakan perannya
g. Memiliki
norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya
h. Memiliki
kepentingan bersama.
B.
Norma/aturan dalam Kehidupan Masyarakat
1. Pengertian Norma
Norma adalah
aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang harus atau tidak boleh
dilakukan manusia dan bersifat mengikat.
2. Macam-macam norma yang ada dalam masyarakat adalah sebagai berikut :
a.
Norma
Agama
b.
Norma Kesusilaan
c.
Norma Kesopanan
d.
Norma Kebiasaan
e.
Norma Hukum
3. Perbedaan norma-norma yang ada di masyarakat
a.
Norma agama adalah suatu norma yang
berdasarkan ajaran atau kaidah suatu agama. Norma ini bersifat mutlak dan
mengharuskan ketaatan bagi para pemeluk dan penganutnya. Yang taat akan diberikan
keselamatan di akhirat, sedangkan yang melanggar akan mendapat hukuman di
akhirat.
b.
Norma kesusilaan didasarkan pada
hati nurani atau akhlak manusia. Norma kesusilaan bersifat universal. Artinya,
setiap orang di dunia ini memilikinya, hanya bentuk dan perwujudannya saja yang
berbeda.
c.
Norma kesopanan adalah norma yang
berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyarakat seperti cara
berpakaian, cara bersikap dalam pergaulan, dan berbicara. Norma ini bersifat
relatif. Maksudnya, penerapannya berbeda di berbagai tempat, lingkungan, dan
waktu.
d.
Norma kebiasaan merupakan hasil dari
perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga
menjadi kebiasaan. Orang yang tidak melakukan norma ini biasanya dianggap aneh
oleh lingkungan sekitarnya.
e.
Norma hukum adalah himpunan petunjuk
hidup atau perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat (negara). Sanksi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Sanksi
ini dilaksanakan oleh suatu lembaga yang memiliki kedaulatan, yaitu negara.
4. Sifat Pengendalian sosial
a.
Pengendalian
sosial yang bersifat preventif adalah pengendalian
sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Tujuannya adalah untuk
mencegah agar pelanggaran tidak terjadi. Misalnya, nasihat guru terhadap
siswanya. Dalam nasihatnya itu, guru meminta siswa untuk selalu belajar dan
membuat pekerjaan rumah, jika nasihat itu didengar dan dilaksanakan oleh siswa
tersebut, siswa tersebut akan dapat menguasai pelajaran yang diberikan oleh
guru itu. Perannya sebagai seorang pelajar juga dapat dilakukannya dengan baik.
b.
Pengendalian
sosial yang bersifat represif adalah pengendalian
sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran itu
terjadi. Pengendalian ini dilakukan setelah orang melakukan suatu tindakan
penyimpangan sosial. Pengendalian
sosial yang bersifat represif biasanya diikuti dengan penjatuhan
sanksi bagi pelaku penyimpangan sosial. Misalnya, seorang pelajar yang
melanggar peraturan sekolah- Pelajar tersebut dikenai sanksi. Tujuannya agar
ketertiban sekolah kembali terjaga.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Stratifikasi sosial atau pelapisan
sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota
masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
Status yang dimiliki oleh setiap
anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan
ada yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Terjadinya Pelapisan
Sosial terbagi menjadi 2, yaitu: Terjadi
dengan Sendirinya Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan
masyarakat itu sendiri.
Adapun orang-orang yang menduduki
lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun
sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan
sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk
lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan
kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku. Terjadi dengan Sengaja Sistem pelapisan ini dengan sengaja
ditujukan untuk mengejar tujuan bersama.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis
mengajukan beberapa saran untuk dijadikan pertimbangan, yaitu: Masyarakat mampu
menghargai perbedaan yang sudah terjadi di masyarakat, tidak memaksakan suatu
Kelompok untuk mengikuti atau memaksakan sesuatu hal yang berbeda seperti
perbedaan derajat atau persamaan yang sudah berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Mubarak, wahit
iqbal. 2009. Sosiologi untuk keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
http://belajarpsikologi.com/pengendalian-sosial/

Tidak ada komentar:
Posting Komentar